Makassar, HUMAS KEMENAG – Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Ali Ramdani menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap proyek perubahan yang diinisiasi oleh Kakanwil Kemenag Sulsel H. Muh. Tonang selaku peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) tingkat II pada Pusat Diklat (Pusdiklat) Tenaga Administrasi Kemenag RI angkatan XXVII tahun 2024.
Dukungan tersebut diungkapkan Ali Ramdani ketika melaunching LEMPU secara resmi yang digelar di Ballroom Barru Novotel Grand Shayla Makassar, Rabu 30 Oktober 2024.
Menurut Ali Ramdani yang terhubung via daring, proyek perubahan Muh. Tonang yang mengusung konsep LEMPU (Toleran, Moderat, Adaptif, dan Unggul) adalah merupakan upaya mengangkat kearifan lokal menjadi salah satu citra hidup di dalam kehidupan bermasyarakat.
“Itu adalah hal yang substantif, dan pak Tonang telah berhasil mengangkatnya menjadi sebuah nilai yang tidak sekedar dimiliki oleh masyarakat Sulsel tetapi menjadi pewarna bagi bangsa ini ketika menghadapi dinamika kehidupan,” ucapnya.
Ketika LEMPU ini mampu menjadi warna dari masyarakat kita, lanjut Ali Ramdani, diharapkan kerukunan dapat tercipta sehingga kehidupan warga masyarakat dapat berjalan dengan baik.
“Toleran memberikan aksentuasi terhadap penghormatan dan penghargaan, Moderat yakni menghindari ekstemisme, Adaptif mampu menyelaraskan diri, serta Unggul yaitu menjadi manusia yang dapat menjaga kualitas tanpa harus menginjak orang lain. Ini yang menjadi pilar dari LEMPU,” jelas Ali Ramdani.
Selaku mentor dari Muh. Tonang, Sekjen mengimbau agar LEMPU ini tidak berhenti sampai disini dan menjadi sekedar prasyarat menyelesaikan KPN Tingkat II, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
“Tdak lantas menjadi penghias lemari kaca dan penghias referensi, tetap harus diimplementasikan. Seribu pikiran boleh jadi tidak bermakna tanpa satu tindakan yang nyata. Lempu harus dilakukan implementasikan pada ruang yang nyata,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kakanwil M. Tonang selaku project leader menjelaskan bahwa LEMPU merupakan implementasi dari falsafah Bugis, yang menjadi pedoman hidup masyarakat, dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran.
"Yang menyatukan kita adalah budaya lokal yang telah kita bangun bersama, tanpa batas dan sekat," jelasnya.
Melalui LEMPU, sambung Tonang, Kemenag mendorong umat beragama untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama masing-masing, sehingga tercipta kesalehan sosial.
"Ini bukan tugas ringan bagi Kemenag. Kami terus melakukan evaluasi dan perubahan, dan Kemenag akan terus bertransformasi," ucapnya.
Salah satu program prioritas Kemenag adalah penguatan moderasi agama, yang didukung oleh Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2023.
"Moderasi beragama penting karena nilai-nilainya harus terimplementasi dalam diri ASN Kemenag," tandasnya.
Sementara Plt Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Sulsel, Muhammad Hasim, mewakili Pj Gubernur menyatakan kegiatan ini menjadi momentum untuk meletakkan dasar penguatan moderasi beragama.
"Perbedaan adalah keniscayaan, dan dalam menjalankan moderasi beragama, saling menghargai adalah kunci," ujarnya
Pada launching proyek perubahan ini, juga hadir tokoh kharismatik Mursyid Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makkasary, Habib Syekh Sayyid Abd Rahim Puang Makka untuk meberikan testimoni.
Turut hadir sejumlah tamu kehormatan, diantaranya Forkopimda Sulsel, hadir Ketua DPRD Sulsel diwakili Wakil Ketua Fraksi PKB, Kapolda diwakili Irwasda, Pangdam XIV Hadanuddin diwakili Kabintaljarahdam, Rektor IAKN Toraja, Kabiro AUAK IAIN Palopo, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Sulsel, Kakanwil Kemenkum HAM.
Hadir pula Pimpinan Majelis Agama, sejumlah Kepala Dinas lingkup Pemprov Sulsel, Para Pejabat Administrator Lingkup Kanwil Kemenag Sulse;, Para Kepala Kantor Kemenag Kab. Kota se Sulsel, CEO Perbankan, Pimpinan Ormas, Ketua FKUB, Tokoh Agama - PGI, Keuskupan, PHDI, Walubi, Pemabudhi, Matakin, Ketua Baznas dan BWI, Pimpinan Media dan para Kepala Madrasah Negeri se-Sulsel. (AB)