Opini

Memaknai Hari Raya Idul Qurban

Armin, SS, M.Pd.

Penulis: Armin, SS, M.Pd.

*Penulis adalah Penghulu Muda pada KUA Pallangga

Hari raya Idul Adha yang biasa disebut Idul Qurban dan Hari Raya Haji merupakan hari raya terbesar ke 2 bagi umat Islam setelah hari raya Idul Fitri, yang diperingati setiap 10 Dzulhijjah setiap tahunnya. Bertepatan kaum muslimin saat sedang menunaikan ibadah haji.

Hari raya Idul Adha dinamakan hari raya haji karena pada saat itu Allah SWT memberikan kesempatan kepada semua hambanya untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi hambanya yang belum mendapat kesempatan mengerjakan ibadah haji, maka diberikan kesempatan untuk berqurban yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan   hambanya kepada sang Khalik.

Dari sisi historis dari perayaan Idul Adha ini, tentunya pikiran kita akan menelusuri kembali  kisah teladan nabi Ibrahim AS saat beliau diperintahkan oleh Allah SWT. Allah SWT menguji dirinya untuk menyembelih anaknya yaitu Ismail AS yang pada saat itu masih menyusu pada ibunya yaitu Sitti Hajar.

Pada saat itu mereke pergi ke sebuah lembah yang tandus, gersang, dan tidak ada tumbuh sebatang pohon pun disekitarnya dan tidak ada seorang pun yang bermukim di daerah itu. Nabi ibrahim AS tidak tahu apa maksud dari wahyu Allah SWT menempatkan mereka di sebuah tempat yang paling asing baginya disebelah utara sekitar 1600 km dari Palestina. Tetapi nabi Ibrahim dan Sitti Hajar menerima perintah tersebut dengan ikhlas dengan penuh berserah diri kepada-Nya.

Peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT dalam AlQur'an yang artinya : "Ya Tuhan kami sesungguhnya, aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur". (Qs. Ibrahim:37)

Ada sebuah kisah yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa pada saat Sitti Hajar kehabisan air minum sehingga tidak bisa lagi menyusui Ismail, beliau mencari air  sambil berlari-lari kecil (sa'i) antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali.

Seketika itu juga Allah SWT mengutus malaikat Jibril untuk membuat mata air Zam Zam supaya bisa memberi sumber kehidupan kepada Sitti Hajar dan Ismail. Sehingga daerah yang gersang tadi tiba-tiba mempunyai persediaan air yang melimpah.

Kemudian datanglah manusia berbondong-bondong dari berbagai pelosok untuk mendapatkan air zam zam tersebut. Rejeki datang dari berbagai tempat sehingga sedikit demi sedikit tempat itu menjadi makmur dan ramai terkenal sampai saat ini dikenal dengan nama kota Mekkah.

Idul adha juga biasa disebut sebagai hari raya penyembelihan, dalam hal ini untuk memperingati ujian paling berat menimpa nabi Ibrahim AS, yang merupakan apresiasi terhadap kesabaran dan ketabahan nabi Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan dari Allah dalam memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan kekasih Allah.

Para malaikat pun bertanya kepada Allah, karena Ibrahim dianggap hanya sibuk mengurusi kekayaannya dan keluarganya, Allah SWT berfirman, "Janganlah menilai hambaku Ibrahim dengan ukuran lahiriyah, tengoklah hati dan amal baktinya" kemudian Allah mengizinkan para malaikat menguji keimanan dan ketaqwaan nabi Ibrahim, ternyata kekayaan dan keluarganya tidak membuatnya lalai dalam taat kepada Allah SWT.

Kisah nabi Ibrahim ini adalah sejarah besar yang membuatnya menjadi pesan simbolik kehidupan beragama yang mengandung pembelajaran dalam mengisi kehidupan sehari-hari, terkait ketaatan seorang hamba pada sang khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya dan hubungan antar manusia, ibadah umat Islam yang diperintahkan oleh Allah yaitu hubungan kepada Allah dan hubungan kepada sesama manusia yang bersifat horizontal.

Hikmah yang dapat dipetik dari pelaksanaan ibadah Idul Adha mengajarkan kita berpandangan bahwa pada hakikatnya manusia adalah sama, yang membedakan adalah taqwanya

Bagi hamba yang menunaikan ibadah haji memberi gambaran bahwa pada saat wukuf di padang Arafah, manusia berkumpul seolah-olah menasbihkan bahwa kelak nanti kalau sudah sampai waktunya akan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungjawabannya. Wallahu Alam Bissawab. (edited.OH)


Opini LAINNYA

Berada di Tengah Itu Asyik

Cara Mengurus Produser Nikah

HAB Asasi Manusia

Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini