Oleh:
Dr. H. Ahmad Razak, S.Ag, S.Psi, M.Si.
(Dosen Psikologi UNM, Ketua Asosiasi Psikologi Islam Sulsel)
Disampaikan dalam acara serial ngaji online, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Nahdlatul Ulama
(LAKPESDAM NU Kota Makassar)
Ahad, 10 Mei 2020.
Covid-19 menjadi pandemi global. Kurang lebih 210 negara terinfeksi wabah tersebut, Di Indonesia sendiri mulai ditemukan sejak awal bulan maret yang lalu.
Covid sudah menimbulkan begitu banyak korban. Korban fisik yang terkonfirmasi 177.571, dirawat 42.009, kasus sembuh 128.057 dan yang meninggal sudah mencapai angka 7.505. (terhitung tanggal 1 Agustus 2020).
Covid-19 memberikan dampak yang sangat luas dalam dinamika kehidupan manusia (Biopsiko-Sosio dan Spiritual)
Kondisi masyarakat ditengah covid 19 menurut Gordon Asmundson, Profesor psikologi di University of Regina, meneliti respon psikologis masyarakat terhadap pandemic covid-19 sebagai berikut:
1. Excessive response (Panic, shock, ketakutan luar biasa).
2. Over confidance, indifferent, (melanggar aturan)
3. Berada diantara keduanya (menjalankan aturan tanpa panic, tidak gegabah.
Masyarakat saat ini cenderung depresi sosial sebagai dampak lock down, Stay at home, social/fisical distancing, PSBB:
1. Kejenuhan dan keterbatasan gerak dalam mencari nafkah (ekonomi). Instink hidup (Freud)
2. Keterkungkungan dalam menjalankan ritual ibadah menimbulkan gejolak spiritual
Manusia membangun makna, Manusia harus memiliki kemampuan membaca
Makna : adalah nilai, simbol yang terdapat pada suatu peristiwa/fenomena, setiap peristiwa pasti memiliki makna.
Pada dasarnya setiap manusia sudah dibekali potensi untuk membaca dan memahami makna. Ketika manusia memahami dan mengetahui nilai/makna maka ia akan dapat beradaptasi. Ketika manusia tidak mampu membaca dan memahami nilai/makna maka ia akan menjadi stress dan frustasi.
Hidup adalah ujian, ujian adalah jalan untuk meraih makna, carilah makna dan jadilah bermakna. (red)