Sering kali di suatu komunitas masyarakat, perbedaan identitas menjadi sebuah gap dalam melakukan interaksi pergaulan sehari- hari di lingkungan sekitar. Hal ini tidak lain merupakan naluri dasar manusia dari lahir yang menginginkan sebuah eksistensi dalam kelompok yang memiliki persamaan dengannya.
Indonesia sebagai negara majemuk yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai etnis,suku, ras, agama yang berkecimpung di dalamnya telah menjadi unsur penting dalam melengkapi perjalanan historis bangsa ini. Para founding fathers yang telah lebih dulu merekatkan bangsa dengan segala perbedaan di dalamnya rasanya sampai detik ini kita masih patut mengangkat topi sebagai sebuah penghormatan kepada mereka yang telah berjasa demi berdirinya republik ini.
Pada perjalanannya, masyarakat Indonesia telah melewati banyak dinamika dalam berbangsa dan bernegara. Iklim demokrasi yang kental dengan persamaan hak dan kewajiban menjadikan Indonesia sebagai negara yang mendukung penuh terciptanya kerukunan dan toleransi antar masyarakat tanpa melihat latar belakang agama, ras, etnis, dan suku.
Jauh di bagian utara Sulawesi Selatan, tepatnya di Kab. Luwu Utara terdapat banyak suku, agama, ras dan etnis di dalamnya. Rasanya Kab. Luwu Utara pantas disematkan sebagai Indonesia Mini yang ada dibagian timur Indonesia.
Di daerah ini, nafas- nafas kerukunan antar umat beragama sangat terasa. Bait- bait kedamaian sangat kental di dalamnya. Bahkan hampir disetiap sudut desa dan kelurahan, tidak jarang kita melihat rumah ibadah yang berdiri kokoh berdampingan dengan berbagai latar belakang keyakinan yang berbeda.
Tidak cukup sampai di situ, setiap perayaan hari raya besar kegamaan, mereka amat sangat saling menghargai dan menghormati. Bahkan saling membantu untuk menjaga keamanan dan ketertiban demi kelancaran dalam beribadah. Tak jarang juga kita melihat pesta pernikahan di pinggir kota yang memiliki latar belakang budaya berbeda dari satu kampung ke kampung yang lain.
Hal ini setidaknya dapat menjadi sebuah contoh praktik yang baik bagi daerah lain di Indonesia dalam menjaga tradisi paham keagamaan, ke Indonesiaan dan kebhinekaan kita. Menurut Kamarudin Amin, Salah satu langkah dalam merawat perdamaian secara berkelanjutan yaitu dengan memahami cara pandang kita dalam beragama atau moderasi beragama. Moderasi beragama yang berorientasi pada kemaslahatan, kemuliaan manusia dan sangat tepat untuk Indonesia yang sangat beragam, harus terus didakwahkan pada ruang- ruang publik. Moderasi beragama mengajarkan kita bagaimana menjadi umat yang intens dalam mengisi ruang- ruang spritualitas tanpa harus menganggap perbedaan sebagai sebuah pengahalang.
Beruntunglah bagi masyarakat Kab. Luwu Utara yang memiliki paham keagamaan yang baik hingga mampu terus mendengungkan perdamaian dan kerukunan antar umat beragama sampai detik ini. (Fikar, MTsN Luwu Utara)