Oleh : Muhammad Iqbal Nurul Awal
Abrahah adalah penguasa Yaman beragama Kristen yang memerintah setelah ia membunuh ‘’dzu nuwas’’ sang penguasa Yaman pada saat itu. Dia menguasai Yaman setelah melengserkan kekuasaan ‘’dzu nuwas’’.
Mengetahui hal itu, Raja Najasy yang saat itu menguasai sebahagian wilayah Yaman dan negara Eritrea (Afrika Timur) marah dan mengirim pasukan berjumlah 3000 untuk memerangi Abrahah yang pada sat itu sudah menguasai seluruh wilayah Yaman. Hanya saja pasukan Najasy yang dikirim untuk memerangi Abrahah ini berbalik dan berpihak kepada Abrahah. Setelah Abrahah memperkuat kekuasaannya di Yaman, ia menggelari dirinya sebagai raja.
Sebagai seorang raja, Abrahah mulai membangun serta memperbaiki kota Yaman dan membuat perjanjian damai dengan suku suku Arab pada saat itu. Salah satu pembangunan penting yang dilakukan oleh Abrahah adalah memperbarui bendungan ‘’Ma’rib’’ atau yang dulunya dikenal sebagai bendungan kaum Saba yang terkenal sebagaimana yang Allah ceritakan dalam surah Saba’, surah ke 34.
Ketika ia selesai membangun bendungan tersebut, ia membuat perayaan yang sangat besar yang menarik perhatian bangsa Persia dan Byzantium untuk beraliansi dengan Abrahah karena pengaruh kekayaan wilayah yang ia miliki. Jadilah Abrahah merasa kekuataanya sudah melebihi apa yang ia kira, terlebih lagi ia mendapat dukungan dari dua imperium besar, Persia dan Byzantium.
Penyerangan Abrahah Ke Mekah Dan Ka’bah
Setelah Abrahah mengetahui bahwa kekuasaanya sudah cukup kuat dan stabil, ia mulai berfikir untuk memperluas wilayahnya keseluruh wilayah Arab dan menjalin hubungan dagang dengan kerajaan kerajaan lain disekitarnya. Ia mulai mengarahkan pandangannya kewilayah Mekah yang terletak di jantung kota hijaz.
Adapun alasan atau sebab penyerangan Abrahah bukan hanya karena faktor agama, tetapi ada tiga alasan mengapa Abrahah memilih kota Mekah untuk dihancurkan :
1.Sebab Ekonomi
Mekah yang terletak di tengah wilayah Arab ini menjadi posisi yang sangat strategis untuk jalur perdagangan dengan Byzantium yang menguasai wilayah laut Mediterania dan laut merah sedangkan Persia menguasai wilayah Samudra hindia dan teluk Arab.
2.Sebab Keagamaan
Kerajaan Byzantium memiliki kesamaan dengan Abrahah, yaitu sama sama memeluk agama Kristen yang menjadikan hubungan antara mereka menjadi sangat kuat,dapat dilihat Bagaimana orang Byzantium dibawah perintah dari uskup alexandria membantu Abrahah untuk membangun beberapa gereja di wilayah Abrahah dan menjadikan Uskup Alexandria sebagai pengawas langsung pergerakan keagaamaan yang terjadi diwilayah Arab.
Ada satu hal penting yang harus diketahui, bahwa Abrahah membangun sebuah gereja di kota Sana’a Yaman yang dinamakan dengan gereja Qolis atau Qolsin. Abrahah meminta bantuan Uskup Alexandria dan orang orang najasyi untuk pembangunan gereja ini.
Jadilah gereja ini menjadi tempat sakral bagi orang orang Nasrani yang ada diwilayah kekuasaan Abrahah,ia juga ingin menjadikan gereja ini sebagai tempat berkumpulnya orang orang dan memerintahkan mereka untuk bertawaf sebagaimana yang dilakukan oleh orang orang yang berhaji di Mekah.
Ini jugalah yang menjadi salah satu alasan Abrahah menyerang kota Mekah,yaitu ingin memindahkan orang-orang yang berhaji ke Ka’bah berubah menjadi Haji ke wilayah Sana’a atau gereja Qolis.
3.Sebab Politik
Sebagaimana Mekah dengan posisi yang sangat strategis dan menjadi salah satu pusat ekonomi Arab pada saat itu, membuat Abrahah ingin menghancurkannya dan menjadikan wilayah Yaman menjadi pusat ekonomi dan politik Arab.
Ia juga ingin untuk mengamankan jalur perdagangan Arab yang bersambung dari Yaman sampai ke laut Mediterania,salah satu langkahnya ialah menguasai wilayah pesisir Arab dan Mekah.
Penyerangan Abrahah ke Mekah
Sebelum menyerang Ka’bah, Abrahah mengirim surat kepada Raja Najasy untuk memberitahunya bahwa ia akan menyerang Ka’bah dan meminta kepada Raja Najasy untuk mengirim bantuan khususnya gajah perang, maka Raja Najasy menyetujuinya dan mengirimkan bala bantuan. Penyerangan ini juga mendapat dukungan penuh dari kerajaan Byzantium.
Setelah persiapan perang sudah siap, Abrahah mengerahkan pasukannya kearah Mekah dengan bantuan 13 gajah perang yang dikirim oleh Raja Najasy. Penyerangan ini juga membuat takjub suku-suku Arab pada saat itu dan juga Abrahah mendapat penolakan dari beberapa suku Arab tapi ia tidak menghiraukannya.
Sampailah Abrahah dekat dengan wilayah Mekah dan membangun tenda di daerah Al-Mughims sekitar 11 kilometer dari kota Mekah. Abrahah mengirim utusan ke Mekah sebelum menyerang dan menyampaikan tujuannya ingin menyerang Ka’bah dan akan memerangi siapa saja yang menghalanginya.
Maka keluarlah ‘Abdul Mutallib kakek Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم yang pada saat itu menjadi pemimpin kaum Quraisy,Abrahah meminta imbalan 200 unta dan tentaranya menguasai wilayah Mekah.
‘Abdul Mutollib menawarkan sepertiga kekayaan Mekah dan memerintahkan Abrahah untuk meninggalkan Mekah,tapi dengan sombongnya Abrahah berkata bahwa tidak ada yang menghalanginya untuk menghancurkan Ka’bah dan mulai menyiapkan pasukan untuk menghcurkan Ka’bah.
Melihat Abrahah yang bersikeras menyerang Ka’bah, Abdul Mutollib memerintahkan penduduk untuk mencari perlindungan ke bukit-bukit yang ada disekitar Mekah untuk mencari perlindungan dan menyerahkan Makkah kepada Allah سبحان وتعالي .
Ketika pasukan Abrahah bersiap untuk menyerang,ia menempatkan gajah perangnya diposisi utama pasukan,tetapi gajah perangnya tidak mau bergerak kearah Ka’bah meskipun sudah dicambuk dan dibakar tetap saja gajahnya tidak mau bergerak.
‘Abdul Mutollib dan orang orang suku Quraisy memperhatikan dari jauh keadaan yang terjadi dan menanti hasil akhir kejadian tersebut. Sampai Ketika Allah mengirim burung yang sangat banyak dan saling bersusun susun dengan bentuk gelombang membawa batu dan menyerang pasukan Abrahah dan gajahnya sebagaimana peristiwa ini dijelaskan dalam surah Al-Fiil :
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَ صْحٰبِ الْفِيْلِ
"Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 1)
اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍ
"Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 2)
وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَا بِيْلَ
"Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 3)
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَا رَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍ
"yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,"
(QS. Al-Fil 105: Ayat 4)
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ
"sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat)."
(QS. Al-Fil 105: Ayat 5)
Tidak ada yang selamat dari pasukan Abrahah kecuali sangat sedikit dan diperintahkan untuk kembali ke Yaman setelah gugurnya sebagian besar dari pasukan Abrahah dan terpecahnya pasukan gajah yang menjadi akhir dari kekuasaan Abrahah.
Tahun antara 570 dan 571 Masehi dikenal sebagai tahun dimana Abrahah menyerang Mekah atau yang kita kenal sebagai tahun gajah dan juga tahun ini menjadi tahun kelahiran nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم .
Referensi :
العرب قبل الإسلام وعلاقته بالأحباش والفرس والبيزنطيين لدكتور عوض سعد محمود عيسى
‘’Sejarah Arab sebelum Islam dan hubungan Arab dengan Habasyah,Persia dan Byzantium’’.
Penulis :
Professor ‘iwad sa’ad mahmud ‘isa (pengajar ilmu Sejarah dan Peradaban Universitas Al-Azhar).
Penulis Artikel :
Muhammad Iqbal Nurul Awal
Mahasiswa jurusan Sejarah dan Peradaban Unversitas Al-Azhar Kairo.