Makassar (Humas Maros)-Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Men) memberikan pesan khusus dalam lawatannya di Makassar.
Pesan ini, tepatnya disampaikan saat Gus Men bersilaturahmi dengan ASN Kemenag Sulsel di Asrama Haji Sudiang Makassar, Selasa (16/1/2024) sore.
“Saya menyampaikan kembali pesan Presiden Jokowi, bahwa ASN adalah pejabat yang tidak boleh dilayani seperti dulu. Ia harus memberikan pelayanan dan melayani masyarakat. Tidak boleh terjadi di Kemenag, ASN dengan mentalitas dilayani,” buka Gus Men di hadapan ribuan ASN Kemenag Sulsel.
“Tukin sebentar lagi akan naik 80 persen. Sudah diajukan, bahkan sejak Juli tahun lalu.
“Saya kira ini patut dan layak, ASN Kemenag mendapatkan apresiasi negara dalam bentuk peningkatan Tukin. Semoga ini akan memacu kinerja Bapak Ibu. Tukin semakin besar, tujuannya keinginan koruptif, kecurangan dalam bekerja bisa dikurangi.
“Saya mengingatkan, zaman sekarang serba destruktif, tidak ada lagi batasan. Kita seperti hidup dalam akuarium, apa pun yang dilakukan itu menjadi tontonan masyarakat. Masyarakat melihat perilaku sehari-hari kita dalam bekerja, masyarakat memberikan pengawasan. Kita seperti bekerja di ruang kaca. Makanya, hati-hati bekerja, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Apalagi, kita bekerja di institusi yang menyandang predikat agama. Ini menjadi motivasi berbuat baik dan sekaligus juga merupakan tantangan. Harus, yang kita lakukan mencerminkan nilai agama, karena semua agama mengajarkan kebaikan, tidak ada yang mengajarkan praktik curang, KKN. Jangan dibalik logikanya, bisa melakukan apa pun karena tahu caranya taubat. Tidak boleh,” tegas Gus Men.
“Agama harus dijadikan inspirasi, bukan aspirasi. Yang kita lakukan, hal-hal baik bersumber dari nilai agama.
Kemudian, Gus Men melanjutkan arahan mengenai tiga hal penting.
“Pertama, organisasi pelayanan publik. Problemnya, organisasi kita yang kadang tidak form, meletakkan orang pada tempat yang salah. Maka, organisasi pelayanan harus mampu melakukan seleksi, meletakkan pegawai pada tempat yang sesuai dengan keahlian. Ini menjadi penting, kalau tidak organisasi pelayanan publik ini akan terganggu.
“Kedua, dalam memberikan pelayanan harus berorientasi pada penerima pelayanan. Kita semua memberikan pelayanan. Tidak boleh orientasi kita sendiri. Harus memikirkan apa yang ingin diterima publik. Setiap pelayanan, orientasinya kepada masyarakat, jangan karena kepuasan diri kita sendiri. Orientasinya adalah masyarakat sebagai penerima layanan kita.
“Ketiga, bukan sekedar melayani, tapi juga kepuasan masyarakat sebagai orientasi utama. Kepuasan publik. Tidak boleh asal-asalan dalam memberikan pelayanan, harus punya orientasi kepuasan publik.
“Indeks kepuasan publik berdasarkan penilaian ombudsman terhadap Kemenag pada grade tertinggi. Dan hal ini yang belum kita capai sebelumnya. Saya ucapkan, selamat kepada Bapak Ibu sekalian atas kerja-kerja pelayanan kepada publik selama ini.
“ASN profesional itu, miliki tiga hal: kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang baik. Tanpa tiga hal ini, tidak pernah akan tercapai kualifikasi pelayanan yang baik kepada publik. Tolong dipertahankan, kalau bisa ditingkatkan.
Terakhir, Gus Men berpesan kepada ASN Kemenag untuk hidup sederhana.
“Jangan berharap menjadi kaya, susah. Profesi ASN itu mulia, pekerjaan banya Buk, gajinya tidak. Yang penting cukup dan berberkah.” (Ulya)