Tradisi Pernikahan di Gowa

Pakkiok Bunting, Tradisi Pernikahan Bugis Makassar yang Semakin Terpinggirkan

Prosesi Pakkiok Bunting di Parigi saat catin memasuki rumah mempelai perempuan

Parigi (Humas Gowa). Pakkiok Bunting adalah tradisi puisi dengan kata-kata sastra penuh makna, berbalas pantun dalam tradisi masyarakat Bugis Makassar saat calon pengantin tiba di rumah pengantin perempuan. Selanjutnya calon dilakukan tradisi tersebut.

Ini adalah Tradisi dalam upacara Adat Perkawinan Makassar, memanggil pengantin pria saat akan tiba di rumah mertuanya, yang lazim disebut 'Pakkiok Bunting'.

Pakkiok Bunting berasal dari dua kata (bahasa Makassar), yakni 'Pakkiok'  yang artinya panggilan atau memanggil. Sedangkan 'Bunting' berarti pengantin atau mempelai.

Budaya itu masih dilestarikan oleh keluarga pasangan pengantin, Ruslan dan Putri Indira. Keduanya melangsungkan pernikahan menggunakan adat 'Pakkiok Bunting' yang berlangsung pada Jumat (2/9/2022).

Untuk diketahui, saat ini eksistensi syair 'Pakkiok Bunting' dirasa kian terpinggirkan. Orang yang bisa menjadi penutur syair Pakkiok Bunting jumlahnya kian terbatas.

Masyarakat yang 'Berhajat' sering kesulitan untuk menghadirkan pelantun 'Pakkiok Bunting' di lokasi acara. Keadaan ini dirasa sangat memprihatinkan, karena potensi hilangnya salah satu kekayaan budaya ini semakin besar.
 
Pelestarian budaya daerah mesti menjadi tanggung jawab bersama. Karena merupakan warisan nenek moyang sehingga tidak boleh diabaikan. Apalagi sampai terpinggirkan seiring kemajuan zaman.

Menanggapi hal itu, Kepala KUA Parigi, Solihin mengakui, budaya lokal ini mulai tergerus seiring perkembangan zaman yang maha dahsyat. 

Salah satu faktor menurut dia, karena anak muda saat ini terkesan gengsi dengan budaya sendiri. "Tidak ada lagi kader yang bisa mewarisi tradisi ini, karena anak "zaman now" gengsi dengan hal tersebut," katanya.

Hal senada disampaikan Kepala Desa Bilanrengi, Syamsul Bahri. Dirinya mengakui, globalisasi menjadi faktor bergesernya budaya kearifan lokal.
"Arus modernisasi membuat generasi muda merasa malu untuk tampil sebagai Pakkiok Bunting di momen pernikahan," tandasnya.

_Berikut naskah Pakkiok Bunting dalam bahasa Makassar_:

Ia dendek, ia dendek.
Naik tojengmi daeng Bunting.
Bunting salloa kutayang.
Salloa kuantalai.
Nampako ri ujung borikku.
Ri cappak pakrasangangku.
Na kupanragiangko berasak.
Ri mangkok kebok.
Ku paammeung rappo bauk ri pallakku.
Kupannaroangko pole.
Bunting manaikmo Mae.
Ri Ballak matoannu.
Matoang kamase-mase.
Iparak kasiasinu.
Sarikbattang matunanu.
Sikatutuiko tope deng Bunting.
Numassassa mole-mole.
Tenamo antu.
Parekanna maloloa.
Bunting ta bunting.
Naik ngaseng maki mae. (sol/OH)


Daerah LAINNYA