Bontotiro, (Humas Bulukumba) - Cuaca cerah setelah hujan membasahi halaman madrasah. Terdengar sayup-sayup suara orang membaca puisi, nyanyian grup vokal, dan suara musik. Di dalam perpustakaan yang sejuk, Selasa (07/06/22), terdengar lantang suara pembawa acara yang sedang latihan. Ada tiga pembawa acara. Pertama berbahasa Arab kemudian berbahasa Inggris dan terakhir bahasa Indonesia. 

Penantian panjang dua tahun akhirnya terbayar. Tahun ini, MTsN 3 Bulukumba akhirnya akan mengadakan acara penamatan siswa kelas IX. Dua tahun sebelumnya tidak dapat diadakan karena pandemi. 

Pembawa acara penamatan atau yang kita kenal dengan master of ceremony (MC) semuanya dari kelas VIII. Pembawa acara penamatan bernama Nurawinda Lestari, Fitria Khaerunnisa, dan Sri Wahyuni. Mereka mengaku cukup kesulitan karena secara empiris belum pernah mengikuti atau mendengar seseorang membawakan acara dengan bahasa asing. 

“Dia kesulitan karena masih kental dialek Konjonya. Selain itu, pelajaran di kelas beda dengan bahasa saat bawa acara,“ ujar Mardiati guru Bahasa Arab. 

Sardiana juga mengungkapkan hal yang selaras. “Pemenggalan serta penekanan dalam bahasa Inggris sangat perlu. Itu kelemahannya. Namun, mereka mau belajar dan cepat menyerap saran yang baik,” ungkap Sardiana guru Bahasa Inggris. 

“Saya kira siswa mengalami mandek belajar karena pandemi. Mereka kurang pengalaman, belajar kurang maksimal. Akan tetapi, geliat belajar mulai tumbuh. Mereka belajar jadi pembawa acara, supaya lebih berani tampil di depan publik, melatih ‘public speaking’, dan belajar bekerja sama. Bakat mereka ada dan besar,” tandas Akhlish guru Bahasa Indonesia dengan semangat.

Latihan pembawa acara santai, sambil bercanda, tetapi tidak main-main. Salah satu nyawa acara penamatan adalah pembawa acara. Acara penamatan kali ini akan menjadi pusat perhatian dan menjadi awalan tongkat estafet kepada adik tingkatnya. Tak lupa, menjadi pertemuan terakhir secara resmi kelas IX. (DS/ARd)