Maros (Humas Maros)-Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama (PD Pontren Kankemenag) Kabupaten Maros menggelar Focus Group Discussion (FGD) moderasi beragama dalam lingkup pondok pesantren, MDT dan LPQ, Jumat (27/5/2022).
Hadir dalam kegiatan, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Maros, Abd. Hafid M. Talla dan Ketua PC NU Kabupaten Maros, KH Ibnu Hajar Arif.
Dalam kesempatan kali ini, Kakankemenag Abd. Hafid menyampaikan konsep moderasi beragama merupakan dasar kerukunan kehidupan berbangsa dan bernegara. “Bahwa di Negara kita harus mewaspadai kelompok ekstrim yang ingin mengganti ideologi bangsa. Padahal sebetulnya, pelaksanaan praktik kebangsaan sudah banyak yang sesuai dengan ajaran Islam”.
“Negara didirikan justru untuk mengatur pelaksanaan ajaran agama. Islam menjadi rahmatan lil alamin. Tugas kita memperteguh komitmen kebangsaan. Kuncinya, siapa pun kita jangan suka menyalahkan, kita seiring sejalan dalam konsep kebangsaan”.
Teknis kegiatan, Kepala Seksi PD Pontren, H. Ramli menyampaikan bahwa kegiatan ini untuk mengulik lebih detail tentang pemahaman dan praktik moderasi beragama yang telah dilaksanakan di kelompok binaan dari 35 peserta yang hadir.
Terkait itu, maka forum kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok terkait moderasi beragama. “Kelompok mendiskusikan : apa itu moderasi beragama, contoh atau praktik yang telah dilaksanakan, kemudian saran”, jelas Kasi PD Pontren Ramli, di tempat kegiatan, Aula KUA Kecamatan Lau.
Mewakili kelompok 1, Muhammad Yunus menyampaikan bahwa toleransi diantara kunci moderasi beragama. “Pemahaman agama harus, moderat dan toleran. Saling memahami dan meningkatkan sikap toleran. Menjadi garda terdepan, untuk menciptakan kerukunan berbangsa dan bernegara”, jelas Muhammad Yunus dari MDT Nur Rahmah, Bentengan.
Mempertajam diskusi, Ketua PCNU Ibnu Hajar mempertanyakan tentang komitmen kebangsaan, terutama menerima ideologi Pancasila. “Tidak ada benturan antara Pancasila dan agama. Karena Pancasila juga bersumber dari nilai-nilai agama”, lanjut Muhammad Yunus.
Kelompok 2, yang diwakili Rahmawati menyampaikan bahwa moderasi beragama saling menghargai sesama umat beragama, walaupun ada perbedaan. “Perlu mengenalkan bahwa ada agama lain kepada santri dan lembaga kita, misal tempat ibadahnya. Bukan hanya agama Islam di Indonesia. Ini harus dikenalkan kepada anak didik kita”.
Mengerucut dalam diskusi, bahwa ada anak didik yang tidak mau hormat Bendera Merah-putih, dan mempengaruhi teman-temannya untuk tidak ikut menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. “Jangan berbicara tentang perbedaan, tetapi harus didekati melalui persamaan-persamaan”, saran Rahmawati.
Terkait itu, Ketua PCNU Ibnu Hajar, menyarankan untuk melakukan pendekatan persuasif kepada anak dan menjelaskan dengan pendekatan keilmuan. (Ulya)