Suppa, (Humas Pinrang) - Madrasah Aliyah (MA) Biharul Ulum Ma'arif terus menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian kearifan lokal melalui pendidikan. Kali ini, kelas XI MIPA 1 dan 2 mengadakan diskusi interaktif tentang Sarung Tenun Mandar (Lipa Sa'be), sebuah warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan ekonomi. Kegiatan ini menggunakan pendekatan P5P2RA, yang melibatkan siswa dalam proses belajar aktif dan kolaboratif dengan fokus pada pelestarian budaya lokal.
Diskusi yang digelar pada Jumat, (30/08/2024), ini membagi siswa menjadi 7 kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk mengeksplorasi berbagai aspek terkait Sarung Tenun Mandar, mulai dari sejarah, teknik pembuatan, hingga nilai ekonomi dan sosial budayanya. Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kearifan lokal dan memperkuat kecintaan mereka terhadap budaya Indonesia.
Kepala Madrasah Aliyah (Kamad) MA Biharul Ulum Ma'arif, Arifuddin, menyambut baik kegiatan ini. "Kami ingin para siswa memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya lokal mereka. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar tentang budaya, tetapi juga bagaimana cara melestarikannya di masa depan," ungkap Arifuddin.
Diskusi ini merupakan bagian dari implementasi P5P2RA, singkatan dari "Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin." P5P2RA adalah inisiatif pendidikan yang dirancang untuk memperkuat karakter dan profil pelajar Indonesia dengan menekankan nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip Rahmatan Lil Alamin. Program ini dilaksanakan melalui pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based Learning), yang memungkinkan siswa terlibat secara langsung dan kolaboratif dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks pelestarian kearifan lokal, pendekatan ini membantu siswa memahami dan menghargai budaya lokal melalui eksplorasi langsung dan proyek-proyek berbasis komunitas. Salah satu tema yang diterapkan dalam P5P2RA adalah "Kearifan Lokal," yang bertujuan mengembangkan kesadaran dan penghargaan siswa terhadap budaya dan tradisi lokal.
Para siswa merespons kegiatan ini dengan antusias. "Belajar tentang sejarah dan proses pembuatan Sarung Tenun Mandar sangat menarik dan memberikan kami wawasan baru tentang budaya lokal yang kaya," ujar seorang siswa dari kelas XI MIPA 1.
Dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum, MA Biharul Ulum Ma'arif berkomitmen untuk mengembangkan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa yang mencintai dan menghargai budaya mereka sendiri. (FHK)