Parepare, (Humas Parepare) - Belajar tidak hanya terbatas pada dinding kelas, tetapi juga dapat dilakukan di berbagai tempat di luar ruangan. Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah salah satu metode pembelajaran yang aktivitas belajarnya berlangsung di luar kelas/sekolah seperti taman, perkampungan, kebun dan lain-lain dengan tujuan untuk melibatkan pengalaman langsung serta menantang semangat petualangan siswa agar lebih akrab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Metode pembelajaran di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar.
Atas dasar itulah, Muhammad Taqdir, Guru Bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran dengan metode Outdoor Study pada Selasa, 5 September 2023. Siswa kelas XI IPS 2 belajar di lapangan terbuka pada mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Teks Eksplanasi.
Metode pembelajaran ini dianggap mampu mengakrabkan siswa dengan lingkungan sekitarnya. Belajar di luar ruangan kelas juga merupakan salah satu upaya yang diberikan kepada siswa agar pembelajaran terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar hanya dilakukan dalam kelas.
Muhammad Bahrul Ulum, salah satu siswa kelas XI IPS 2 mengungkapkan keseruan belajar di luar kelas. Menurutnya, belajar di luar kelas sangat menyenangkan dan bisa menghilangkan rasa bosan.
“Belajar di luar kelas bisa menghilangkan rasa bosan. Selain itu, materi yang dipelajari tentang teks eksplanasi sangat sesuai dengan metode belajar di luar kelas karena kita dituntut menulis tentang fakta-fakta, data atau argumen yang dibutuhkan untuk mendapatkan ide penulisan teks eksplanasi itu sendiri,”ungkapnya.
Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, toleransi, dan menghargai perbedaan. Pembelajaran di luar kelas juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip agama mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa melibatkan tindakan kepedulian kepada sesama manusia dengan alam sekitar. Siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai agama dan bagaimana menerapkannya dalam konteks nyata.
Dengan demikian, pembelajaran di luar kelas dapat menjadi pembelajaran yang holistik dan membantu siswa untuk mengembangkan sikap yang inklusif, penghargaan terhadap perbedaan, dan kemampuan beradaptasi dengan dunia yang semakin majemuk dalam konteks agama dan budaya. Hal ini sangat relevan dengan program Kementerian Agama dalam hal penguatan moderasi beragama.(Akbar/Wn)