H. HUSAIN ABDULLAH : PERINGATAN MAULID DAPAT MEMBANGKITKAN RASA CINTA TERHADAP RASULULLAH

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Selatan)

Parepare, (Parepare Humas) - Walaupun bulan maulid sudah lama berlalu tapi umat Islam masih antusias memperingati maulid Nabi Besar Muhammad SAW.  Keluarga besar MAN 1 Kota Parepare tidak mau ketinggalan mengadakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.  bertempat di Musholla Miftahul Ilmi MAN 1 Parepare, Senin (05/2/18)

Peringatan Maulid mengangkat tema “ Kita Tingkatkan Kecintaan Kepada Rasulullah Muhammad SAW Dalam Bentuk Perilaku Untuk Mewujudkan Generasi Yang Islami”. Diharapkan peringatan maulid di lingkungan sekolah bisa memotivasi para siswa dalam meneladani sifat Rasulullah demi terciptanya generasi yang Islami.

Maulid kali ini tergolong unik karena diawali dengan acara barzanji dan berhiaskan Lisu, Pisang dan Telur. Biasanya peringatan Maulid yang diawali dengan barzanji  hanya diadakan di maulid rumahan, tapi baru kali ini penyajian Maulid di Instansi/Kantor diawali dengan pembacaan barzanji. “Maulid kali ini sengaja kita kemas dalam bentuk maulid rumahan karena untuk melestarikan budaya maulid  orang tua kita dulu, mungkin sederhana namun syarat dengan makna dan berkah” kata Kepala MAN 1 yang ditemui disela sela acara.

Tampak hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Parepare, Kasi Penmad, Kasi PD Pontren, Kasi PAIS, Penyelenggara Syari’ah serta staf Kementerian Agama. Kepala Kepala MAN 1 Parepare bersama para guru dan murid-murid ikut berbaur bersama para undangan.

Kepala Kantor Kementerian Agama, H. Husain Abdullah bertindak sebagai pembawa hikmah maulid menjelaskan panjang lebar tentang  awal mula peringatan maulid, pembacaan barzanji serta hikmah di balik hiasan maulid.

Katanya, berawal pada abad ke-12 pada saat terjadinya perang salib dan kekalahan dialami oleh umat Islam, Palestina direbut dan Masjidil Aqsha dirobah menjadi gereja. Semangat umat Islam menjadi lemah dan semangat dalam mencintai Rasulullah juga kurang. Disponsori oleh Gubernur Salahuddin Al Ayyubi yang berusaha mengembalikan semangat umat Islam dalam mencintai RAsulullah, dibuatlah peringatan Maulid yang menceritakan tentang kehidupan Rasulullah SAW. Sedangkan awal mula pembacaan barzanji adalah pada saat diadakan lomba karya ilmiah tentang kehidupan Rasulullah yang dimenangkan oleh Syekh Ja’far Al Barzanji, maka pembacaan tentang kehidupan Rasulullah dinamakan Barzanji. Pada masa itu juga banyak kalangan yang menentang pelaksanaan maulid karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, tapi mereka memberikan jawaban bahwa peringatan maulid motifnya adalah syiar Islam dan bukan motif ibadah. Seandainya peringatan maulid dianggap sebagai ibadah baru dianggap bid’ah.

Husain Abdullah juga menjelaskan tentang hikmah di balik hiasan-hiasan maulid. Telur menggambarkan kebulatan hati kita menghadiri acara maulid dan kebulatan hati kita dalam mencintai Rasulullah. Lisu (sokko yang dibungkus daun pisang setelah melalui proses yang panjang dengan dipukul-pukul) menggambarkan tentang eratnya persaudaraan umat Islam yang sangat erat seperti sokko. Dipilihnya daun pisang sebagai pembungkus sokko karena pisang merupakan tumbuhan yang semua bagian-bagiannya bermanfaat, begitu juga sebaiknya seorang muslim seharusnya selalu bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan hiasan kertas berwarna-warni yang melambai-lambai digambarkan sebagai pengganti undangan. (nb/umy/arf)

 


Daerah LAINNYA