Balangnipa, Sinjai Utara (Humas Sinjai) – Kepala Kantor Kementerian Agama (kemenag) Kab.Sinjai H. Jamaris membawakan mata kuliah Umum Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai semester ganjil tahun akademik 2022/2023 dengan mengangkat tema ” Peluang dan Tantangan Keilmuan Dakwah di Era Kontemporer yang di gelar di Auditorium H. M. Amir Said IAIM Sinjai, Selasa (20/9/2022) pagi.
Dekan FUKIS, Suriati membuka secara resmi kegiatan tersebut menyampaikan bahwa Kuliah Perdana merupakan salah satu tradisi di Perguruan-Perguruan Tinggi.
“Kuliah Perdana ini penting untuk dilaksanakan, baik itu dari swasta maupun negeri, dan menghadirkan pemateri sesuai dengan disiplin ilmu. Dan kuliah perdan juga merupakan awal dari perkuliahan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, dihadapan mahasiswa baru FUKIS dan mahasiswa lainnya, Dekan FUKIS menjelaskan ada tiga kunci untuk sukses, adalah adok, bagaimana kita mengadopsi perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam perubahan.
“Yang kedua adab, setalah mengadopsi perkembangan yang ada, maka harus memiliki pengetahuan yang luas untuk mengatasi. Dan selanjutnya adel, harus memiliki keahlian,” tambah Suriati.
Sementara itu Kakankemenag Sinjai H. Jamaris
Dalam materinya menyampaikan bahwa mahasiswa harus dapat mempertahankan diri dari tantangan Keilmuan Dakwah di Era Kontemporer
“Salah satunya permasalahan keagamaan dewasa ini adalah fakta sosial yang menunjukkan adanya kelompok kecil yang menggunakan ajaran agama untuk melakukan tindakan kekerasan, munculnya gejalanya intoleransi beragama, dan adanya kelompok sosial yang berpotensi mengubah sistem bernegara,” ungkapnya.
“Adanya permasalahan-permasalahan keagamaan saat ini, sehingga diperlukan adanya pemahaman moderasi beragama,” tambahnya.
Materi disajikan dengan sangat menarik, penuh semangat dan membuat peserta antusias mendengar dan menyimak.
Lanjut Kakankemenag Sinjai menyebut bahwa ada 4 indikator Moderasi Beragama diantaranya komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, serta penerimaan terhadap tradisi kearifan lokal, “Moderasi beragama atau moderat dalam beragama itu tidak ekstrim kanan maupun kiri, jadi berada di tengah-tengah. Artinya kalau kita sebagai seorang pemeluk agama, maka kita harus punya keyakinan secara absolut , kita pun harus mampu memberikan ruang kepada siapapun orang yang berbeda agama dan keyakinan
“Jadi dari keempat ciri moderasi beragama yang telak saya sampaikan tersebut itu nantinya hendaknya akan semakin menjadi penguat bagi kita semua sesama pemeluk agama, nanti nya ciri- ciri tersebut bisa kita sesuaikan dengan kondisi kita masing-masing, kita sesuaikan dengan keseharian kita. Harapan saya setelah ini kita paham akan makna moderasi beserta indikator-indikatornya dan siap untuk dapat menjalankan agama dengan baik atau beragama secara moderat.” pungkasnya H. Jamaris