Puncak Lolai, (INMAS_SULSEL) -- Tana Toraja dan Toraja Utara dikenal sebagai Penyangga sekaligus sebagai laboratorium Kerukunan Umat beragama di Sulawesi Selatan sekaligus bagi Indonesia secara luas.
Hal ini diutarakan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Sulsel, Dr. H. Abd. Wahid Thahir mendampingi Staf Khusus Menteri Agama RI bidang komunikasi dan informasi, Hadi Rahman dihadapan para Tokoh kerukunan dalam gelaran “SALAM, SAPA dan NGOPI” bersama Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, di puncak lolai Kab. Toraja Utara, Sabtu (21/4/18).
“ada 5 simpul dimasyarakat yang harus dikuatkan ikatannya dalam upaya melestarikan kerukunan ini yakni Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Perempuan dan insan pers”.lanjutnya
Diantara yang hadir Nampak Kepala Dinas Infokom Toraja Utara, Fitra, kepala Dinas Penanggulangan Bencana Toraja Utara, Yorry Lesawengan, Kepala Kankakemenag Kab/Kota Se Sulawesi Selatan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan beberapa Tokoh Perempuan.
Mengawali sambutan selamat datang, Kepala Dinas Penanggulangan Bencana Toraja Utara, Yorry Lesawengan menyampaikan indeks kerukunan Toraja utara sangatlah membanggakan, ini terbukti dengan dijadikannya Kab. Toraja Utara sebagai daerah pembanding bagi daerah lain di Indonesia terkait kerukunan kehidupan umat beragama.
Menjaga kerukunan adalah sebuah keniscayaan, harus diterima sebagai sebuah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa ditopang oleh adanya kultur dari nilai-nilai luhur budaya masyarakat Toraja. lanjutnya
Dikesempatan yang sama, takjub dengan suasana alam dan Kerukunan yang ada di Tana Toraja dan Toraja Utara, Staf Khusus Menag RI, Hadi Rahman menginginkan agar para tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat yang ada di Prov. Sulawesi Selatan ini, senantiasa tetap menjaga kerukunan yang telah terjalin selama ini. seraya mengingatkan bukan tidak mungkin timbulnya potensi yang dapat menimbulkan gesekan diantaranya Globalisasi dimana dunia telah memasuki era digital, tak ada lagi sekat dengan Negara lain, informasi sudah dengan mudahnya masuk untuk itu kiranya dampak negatif globalisasi dapat kita bendung.
Kedua, memasuki tahun politik, berhadapan dengan banyaknya pemilukada, perbedaan pilihan kiranya jangan lantas menjadi pemecah persaudaraan kita. Jelasnya (MF)