Makassar, HUMAS SULSEL – Koordinator tim donor darah UPT Unit Transfusi Darah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (Dinkes Sulsel), dr. Hasriani Harun mengapresiasi antusiasme pegawai Kanwil Kemenag Sulsel dalam mengikuti kegiatan donor darah yang dilaksanakan dua bulan sekali.
Diiakui dr. Hasriani, dari sekian instansi yang bekerja sama dengan UPT Unit Transfusi Darah Dinkes Sulsel, Kanwil Kemenag Sulsel merupakan salah satu instansi dengan jumlah pendonor yang cukup signifikan.
“Antusiasme pegawai Kanwil Kemenag Sulsel mengikuti donor sangat luar biasa. Kantor ini merupakan pendonor dengan jumlah yang signifikan,” ungkapnya usai pelaksanaan kegiatan di aula lantai II Kanwil Kemenag Sulsel, Kamis 17 Oktober 2024.
Dari 43 pendaftar yang ingin mendonorkan darahnya, sambung Hasriani, 32 orang dinyatakan layak setelah melalui skrining awal, sementara 11 lainnya tidak bisa mendonorkan darahnya karena alasan medis.
“Hari ini terkumpul 32 kantong darah dari 43 pendaftar. 11 orang tidak bisa mendonor karena tidak memenuhi kriteria dan persyaratan, seperti hipertensi, sedang mengkomsi obat tertentu, kurang tidur, HB rendah dan baru melakukan vaksin,” ungkapnya.
Menurut alumni Fakultas Kedokteran UMI Makassar ini, persyaratan dasar untuk ikut donor darah adalah pendonor berusia 17 hingga 65 tahun, berat badan minimal 45 kg dengan tekanan darah sistole di bawah 180 dan diastole di bawah 100.
“Pendonor juga sebaiknya memiliki kadar hemoglobin sekitar 12,5-17 g/dL dan tidak lebih dari 20 g/dl, tidak memiliki penyakit yang dapat ditularkan melalui darah, tidak memilki riwayat penyakit diabetes, gangguan fungsi ginjal, masalah pada paru-paru, penyakit jantung dan kanker.
Mendonorkan darah secara rutin manfaatnya sangat baik, lanjut dr. Hasriani, baik dari sisi medis ataupun dari sisi kemanusiaan. “Dengan donor darah seseorang bisa membantu sesama, dan dari sisi medis juga sangat bermanfaat, bahkan melalui donor dapat dideteksi penyakit serius, seperti HIV, sifilis, hepatitis B, hepatitis C, hingga malaria,” ujarnya.
Lanjut dikatakan, jika menemukan ada indikasi pendonor mengidap suatu penyakit menular tersebut, akan diberitahuan langsung kepada yang bersangkutan melalui telepon atau pesan singkat WhatsApp.
“Confidential (kerahasiaannya) harus dijaga karena itu adalah privasi pendonor. Kita telepon atau WA langsung ke orangnya, nda boleh lewat orang lain. Itupun kita lakukan setelah tiga kali mendonor dan dilyakini melalui pemeriksaan laboratorium bahwa itu positif,” katanya.
Pendonor yang posotif hepatistis B atau C, sifilis, dan HIV tentu darahnya tidak dipakai, tutur dr. Hasriani. “Pendonor dengan penyakit seperti ini kita hubungi, kita panggil dan memberikan konseling. Hepatiris C dan sifilis itu kan bisa sembuh, sementara yang positif HIV kita semangati untuk tidak melihat ke belakang namun bagaimana bisa hidup normal dimasa depan,” ungkapnya.
Posisi UPT Transfusi Darah, sebut Hasriani tidak untuk mendiagnosa penyakit dan menanganinya, namun karena pemeriksaannya berbasis darah maka bila menemukan indikasi seseorang mengidap penyakit menular melalu pemeriksaan laboratorium maka pihkanya berkewajiban memberitahukan.
“Ini penting kita lakukan, karena pendonor pasti bertanya-tanya kenapa dia ditolak untuk donor berikutnya. Pendekatan yang kita lakukan adalah dengan hati, terutama yang mengidap HIV, ini benar-benar harus didampingi dan disemangati bahwa mereka bisa hidup normal dengan penyakit itu, tinggal bagaimana menjaga kebugaran tubuh saja agar tidak terinfeksi penyakit lain,” pungkasnya.
Diketahui, kegiatan bertajuk “Donor Darah Suka Rela, Setetes Darah Untuk Kemanusiaan” ini terselenggara atas kerja sama UPT Transfusi Darah Dinkes Sulsel dengan Kanwil Kemenag Sulsel, melibatkan Dharma Wanita Persatuan (DWP) dan Kemenag Bikers Club Indonesia (KBCI) Kanwil Kemenag Sulsel. (AB)
Wilayah
dr. Hasriani Harun Apresiasi Antusiasme Pegawai Kanwil Kemenag Sulsel Ikuti Donor Darah
- Kamis, 17 Oktober 2024 | 22:41 WIB