Makassar (Inmas Makassar) – Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Kemenag Kota Makassar Drs. H. Tompo, MH. mendampingi 30 orang Penyuluh Agama menghadiri kegiatan Forum Silaturrahmi Tokoh & Ulama se-Sulawesi Selatan yang diselanggarakan oleh Biro Mental Spiritual (Mensprit) Pemprov. Sulsel, Rabu (9/5/2018).
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Aswin Jl. Gunung Latimojong tersebut mengundang beberapa tokoh, Kakankemenag dan ulama dari 24 kabupaten dan kota se-Sulsel dan menghadirkan tiga orang panelis yang masing-masing Drs. H.M. Rappe, MA., Dr. Muhammad Nur Taufik Sanusi, MA, dan Mahmud Suyuti, MA.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Dra. Hj. Erniwati Tamrin yang juga menjabat Kepala Bagian Keagamaan Pemprov. Sulsel mengatakan, dilaksanakannya kegiatan forum pembinaan tokoh ulama se-Sulsel untuk membangun silaturrahmi dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan tokoh agama. Dijelaskannya, ulama sebagai figur yang senantiasa memberi pencerahan dan arahan kepada masyarakat sangat dibutuhkan kerjasamanya dalam upaya menciptakan situasi yang kondusif di Sulsel.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Kepala Biro Mensprit Pemprov. Sulsel H. Suherman yang mewakili Pj. Gubernur Sulsel sekaligus membuka secara resmi acara. Sambtuan gubernur yang dibacakan Suherman mengapresiasi kehadiran para tokoh ulama se-Sulsel dan mengharapkan kerjasama yang baik dengan pemerintah untuk bersama-sama membangun Sulsel baik dari segi spiritual maupun material agar Sulsel tetap kondusif.
Acara dilanjutkan dengan panel tiga pemateri, H. Rappe yang menjadi panelis pertama mengawali materinya dengan menyapa tokoh agama, Kakankemenag dan penyuluh yang turut hadir dalam kegiatan ini. Disampaikannya penyuluh perlu dihadirkan dalam acara seperti ini karena ini menyangkut pembinaan masyarakat yang selalu dihadapi oleh penyluh, sehingga diharapkan pula turut berpartisipasi dalam menyampaikan informasi yang baik dan menyejukkan kepada warga binaannya. Diakhir materinya, Rappe mengucapkan terima kasih kepada Pemprov yang masih melibatkan ulama dalam kegiatannya, sekaligus berpesan agar Pemprov dapat lebih memaksimalkan anggarannya untuk memberdayakan ulama, sehingga tidak terkesan mengenyampikan peran ulama di tengah masyarakat Sulsel.9
Panelis kedua M. Taufik yang juga dosen UIN Alauddin Makassar ini menyajikan materi tentang peran penting ulama membina manusia. Menurutnya ada tujuh tingkatan kualitas manusia yang disebutkan oleh Allah swt., mulai dari tipe terendah disebut dengan basyar yang dominan mementingkan hak daripada kewajibannya, yang kedua insan yang berupaya menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya sebagai manusia, tipe ketiga disebut ‘abdun yang senantiasa berperilaku baik timbul dari dalam dirinya bukan dibuat-buat. Tipe keempat disebut sebagai ‘ulama yang melakukan segala sesuatu karena ketakutannya kepada Allah swt., meskipun masih ada rasa takut kepada sesama manusia, tingkatan selanjutnya bernama auliya’ yang tidak lagi memiliki ketakutan kepada mahluk, tetapi hanya takut kepada Allah swt. Di atasnya lagi disebut Anbiya, dan terakhir atau ketujuh disebut Rasul.
Ditambahkan, ulama banyak bersinggungan secara langsung terhadap tiga tipe manusia yaitu tipe basyar, insan dan ‘abdun, sehingga perannya sangat penting dan strategis serta amat berat dalam membina umat manusia. “Ayah saya berpesan, bila engkau belum merasa disusahkan oleh umat, maka engkau belum bisa disebut ulama, karena ulama adalah milik umat, maka ia akan terus disusahkan dengan persoalan kehidupan yang dijalani oleh umat” ungkap anak kandung AGH. Dr. Sanusi Baco, Lc.
Panelis ketiga Mahmud, lebih banyak membahas tentang peran serta ulama dalam membangun kesadaran umat untuk melaksanakan kewajibannya menenuaikan zakat. Melalui zakat mereka yang mampu akan mendapat keberkahan dalam hidupanya, dan melalui zakat pula masyarakat miskin akan mendapat kesempatan untuk memperoleh kesejahteraan. “Baznas senantiasa memberdayakan masyarakat miskin di Sulsel, karena itu, perlu kerjasama dari para ulama dan muballig untuk membangun kesadaran berzakat”. pungkasnya menutup materinya. (Syh/sp)