Peran Guru BK Dalam Pemilihan Karir Siswa Pasca Lulus Sekolah

Ridwan Rahmat, S.Ag (Guru Bimbingan dan Konseling MAN 2 Bone)

Berdasarkan hasil pengamatan langsung, sekolah pada tingkat Madrasah Aliyah (MA) belum mampu sepadan dengan sekolah umum lainnya seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dari segi pemberian layanan Bimbingan Konseling (BK). 

Keberadaan layanan BK masih sering diabaikan. BK masih dipandang sebagai tempat hukuman yang sangat dihindari bahkan menjadi momok menakutkan bagi siswa. Padahal, BK memiliki peran penting dalam pengembangan potensi dan perkembangan aspek psikologis peserta didik salah satunya dalam pemilihan karir pasca lulus sekolah.

Siswa yang telah menyelesaikan pendidikan di Tingkat MA selalu disibukkan untuk berjuang masuk ke perguruan tinggi melalui serangkaian tes dengan jalur yang cukup bervariasi. Hal yang terbilang penting dalam proses ini adalah memilih dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan cara mempersiapkan diri sebagai langkah awal, serta pemahaman dalam mencari, mendapatkan dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan kelanjutan studi yang dipilih agar dapat berkompetisi dengan siswa lainnya. 

Melanjutkan studi, juga termasuk pada pemilihan karir, karena karir adalah perjalanan hidup seseorang yang bermakna, baik ketika belajar di institusi pendidikan formal maupun non-formal, masa bekerja, serta masa setelah bekerja.

Pemilihan karir bagi remaja pasca lulus, merupakan perkara penting karena akan melekat sepanjang hidup seseorang. Bekal pendampingan pemilihan karir oleh Guru BK sekolah yang tidak optimal akan berdampak pada keputusan siswa pasca lulus sekolah yang kehilangan arah, fenomena salah jurusan, kegagalan dalam proses belajar karena tidak sesuai dengan minat dan bakatnya, sampai dengan pengambilan keputusan yang salah dalam transisi kehidupannya, seperti keputusan untuk menikah di bawah umur. 

Oleh karena itu, peran guru BK dalam proses pemilihan karir pasca lulus MA sangat penting terhadap pengambilan keputusan siswa terhadap karirnya. Pemilihan karir merupakan proses penting dalam kehidupan siswa, dimana siswa harus mempertimbangkan minat, kepribadian, dan nilai-nilai pribadi mereka sebelum mengambil keputusan mengenai karirnya. 

Teori holland merupakan salah satu teori yang digunakan untuk memahami hubungan antara minat dan kepribadian siswa dengan kemungkinan keputusan yang bisa mereka miliki. Teori ini dikembangkan oleh John L. Holland dan mengelompokkan minat kepribadian menjadi enam kategori utama yakni RIASEC: Realistic, Investigasi, Artistic, Sosial, Enterprising, dan Conventional.

 

Hubungan antara minat individu dengan kesuksesan dalam pemilihan karir berdasarkan teori Holland

Menurut John Holland, pilihan karir pada dasarnya untuk mengungkapkan serta memperluas kepribadian ke dunia kerja kemudian menentukan stereotip karir tertentu. Aplikasi teori pilihan karir menggunakan teori Holland melibatkan penilaian individu dalam dua hal atau tiga tipe kepribadian yang menonjol pada siswa kemudian mencocokkan tipe masing-masing dengan aspek masing-masing dengan aspek lingkungan dari karir potensial. 

Teori ini mempredikasi bahwa semakin tinggi derajat kesesuaian antara karakteristik individu dan pekerjaan maka semakin baik pula potensi untuk hasil positif terkait karir yang diantaranya kepuasan, kegigihan, dan prestasi. 

Beberapa dekade terakhir ini, teori Holland telah banyak memandu penilaian kepentingan karir di negara-negara Barat. Teori ini menawarkan kerangka tipologi sederhana dan mudah dipahami mengenai minat dan lingkungan karir yang dapat digunakan dalam konseling dan bimbingan karir. 

Menurut Holland bahwa minat vokasinal adalah ekspresi kepribadian seseorang, dan bahwa kepentingan kejuruan dapat dikonseptualisasikan ke dalam enam tipologi, yaitu realistis (R), investigasi (I), Artistik (A), sosial (S), enterprising (E), dan konvesional (C). Satu, realistis adalah tipe orang yang berurusan dengan lingkungan yang objektif, konkrit, dan sikap fisik yang manipulatif. Mereka menghidari tugas-tugas yang menuntut subjektivitas, ekspresi intelektual atau seni, atau kemampuan sosial. Mereka digambarkan sebagai pribadi yang maskulin, fisik yang kuat, tidak ramah, emosional yang stabil, dan materialistis. mereka menyukai keterampilan yang motorik, peralatan, mesin, dan struktur seperti olahraga, kepramukaan, kerajinan, dan kerja toko.

Dua, investigasi adalah orang-orang yang menghadapi lingkungan dengan menggunakan akal manipulasi ide, kata, dan simbol. Mereka lebih memilih panggilan ilmiah, tugas teoritis, membaca, mengumpulkan, aljabar, bahasa asing, dan aktivitas kreatif seperti seni, musik, dan seni pahat. 

Tiga, artistik adalah individu yang menghadapi lingkungan dengan menciptakan bentuk-bentuk seni dan produk yang mengandalkan tayangan subjektif dan fantasi dalam mencari solusi permasalahan. 

Empat, enterprising adalah orang-orang yang menghadapi lingkungan dengan cara mengekspresikan kualitas petualangan, dominan, antusias, dan impulsif. Dicirikan sebagai pribadi yang persuasif, verbal, terbuka, menerima diri, dan agresif. 

Lima, konvensional adalah orang-orang yang mengahadapi lingkungan dengan memilih tujuan dan kegiatan yang membawa persetujuan sosial. Orang yang enterprising menciptakan kepihan, ramah, dan terkesan konservatif. 

Jika tingkat kemiripan seseorang dengan enam kepribadian dan jenis minat di atas dapat dinilai maka mungkin akan menghasilkan kode tiga huruf (misalnya SIA, RIA) yang menunjukkan dan merangkum minat karir seseorang yang kemungkinan akan memainkan peran utama dalam pemilihan karir. 

Huruf pertama dari kode tersebut merupakan jenis minat utama yang akan memainkan peran utama dalam pemilihan dan kepuasan karir. Huruf kedua dan ketiga merupakan tema minat sekunder, dan kemungkinan besar akan memainkan peran yang lebih rendah, namun tetap penting dalam proses pilihan karir. 

 

Kaitan teori karir Holland terhadap Bimbingan dan Konseling

Meskipun teori Holland banyak digunakan dalam pemilihan karir, peran konselor juga sangat penting khususnya BK di sekolah/madrasah. Adapun peran Bimbingan Konseling dalam penerapan teori ini adalah memahami proses dan karakteristik perkembangan manusia termasuk kesiapannya untuk belajar dan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan tahapan perkembangannya. 

Selain itu, konselor juga berperan untuk memahami kebutuhan dasar manusia, termasuk kebutuhan khususnya dan hubungannya dengan perkembangan karir dan pengambilan keputusan. Melakukan assemen dan menginterpretasi sifat-sifat individual dan karakteristiknya, serta menerapkannya dalam relasi konseling yang bervariasi juga menjadi tugas dari konselor. 

Selain itu, konselor juga dapat memahami perubahan cepat yang terjadi dalam dunia kerja dan kehidupan, sehingga memerlukan pengujian secara tetap serta perlunya penggunaan teori dan  riset-riset mutahir sebagai dasar pelaksanaan konseling juga menjadi tugas konselor yang mengadakan bimbingan pemilihan karir pada siswa di MA.

Dengan demikian sebagai seorang konselor menjadi penting untuk memahami peran-perannya serta langkah dalam pengaplikasian teori agar proses pemilihan karir dapat berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang cukup akurat. 

Selain itu, konselor juga mampu untuk membantu membuat keputusan-keputusan karir dengan jalan memberikan informasi  yang diperlukan. Membantu membuat keputusan karir dengan jalan mengembangkan keterampilan membuat keputusan. Membantu membuat beberapa keputusan karir yang saling berkaitan, serta membantu memahami dan mengembangkan sifat-sifat yang dimiliki untuk mencapai keputusan karir yang telah diputuskan.

Kesimpulannya bahwa peran konselor utamanya BK di MA sangat penting utamanya dalam menyelenggarakan proses pemilihan karir. Teori Hollan menjadi salah satu teori yang bisa untuk diaplikasi dan dikonseptualisasikan ke dalam enam tipologi, yaitu realistis (R), investigasi (I), Artistik (A), sosial (S), enterprising (E), dan konvesional (C). 

Namun, penerapan teori ini bukan berarti mengenyampingkan peran konselor, justru dengan mengadakan proses pemilihan karir menggunakan teori ini, peran konselor justru menjadi salah satu aspek yang penting. Oleh karena itu, kapasistas konselor juga menjadi tolak ukur keberhasilan pengaplikasian teori ini pada siswa di Tingkat MA. (Editor : Ayyub Hamzah)


Opini LAINNYA

Berada di Tengah Itu Asyik

Cara Mengurus Produser Nikah

HAB Asasi Manusia

Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini