DDI Mangkoso

Peringati Haul Ke-27 Anregurutta Ambo Dalle, Ini yang Dilakukan Santri Mangkoso

Ulama kharismatik dan Pendiri Utama Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI), Anregurutta K. H. Abdurrahman Ambo Dalle wafat pada hari Jumat 29 November 1996.

Mangkoso, (Humas Barru) - Ulama kharismatik dan Pendiri Utama Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI), Anregurutta K. H. Abdurrahman Ambo Dalle wafat pada hari Jumat 29 November 1996. Itu berarti bahwa sudah 27 tahun Anregurutta berpulang ke haribaan Allah SWT, meninggalkan orang-orang yang dicintai dan mencintainya. Sesuai wasiatnya semasa hidup, ulama besar yang akrab disapa Anregurutta Ambo Dalle dimakamkan di halaman Mesjid Adda’wah Mangkoso, tempatnya mengawali perjuangan merintis sebuah Lembaga Pendidikan Islam yang kini bernama Pondok Pesantren DDI Mangkoso.

Guna mengenang dan memperingati 27 tahun wafatnya Anregurutta, santri-santri di Mangkoso melakukan khataman Alquran di kampus masing-masing. Selain itu, santri-santri Madrasah I’dadiyah, SMP, PDF Wustha, dan PDF Ulya di Kampus 1 Mangkoso melaksanakan Seminar Napak Tilas Perjuangan Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Organisasi Santri Kampus Satu (OSKS) bertujuan untuk menggali dan melestarikan semangat dan nilai perjuangan Anregurutta dalam mendirikan, membangun, dan mengembangkan Darud Da’wah Wal Irsyad, berlangsung pada Rabu 29 November 2023 di Aula Kampus 1 Mangkoso.

Hadir sebagai pemateri dua orang aktivis DDI, yaitu Dr. H. Maqbul Arieb, M.Ag. dan Ahmad Rasyid A. Said. Sebagai santri yang pernah tinggal serumah dengan Anregurutta, H. Maqbul lebih banyak menguraikan sisi humanis Anregurutta. “Saya tidak sekedar serumah, tapi saya sering tidur di kamar Anregurutta sehingga tidak sekedar melihat tapi merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari Anregurutta. Saya juga sering mendampingi Anregurutta dalam perjalanan dakwahnya ke berbagai daerah. Di situlah saya sering melihat hal-hal yang luar biasa terjadi pada diri Anregurutta,”ungkap H. Maqbul yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala Seksi Bimas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Barru.

Sementara Ahmad Rasyid yang berbicara sebagai pemateri kedua mengemukakan fase kehidupan Anregurutta, mulai dari fase Sengkang, fase Mangkoso, fase Pare-Pare, fase di hutan, dan fase Kaballangang. “Sebenarnya semua apa yang saya ketahui tentang Anregurutta sudah saya tulis di buku Ke-DDI-an. Tapi buku itu memang tidak pernah selesai karena selalu ada hal-hal baru yang saya ketahui tentang Anregurutta sehingga buku itu selalu direvisi setiap terbit. Tetapi sebagai generasi DDI yang masih mendapati Anregurutta, masih sempat berinteraksi, masih sempat menyentuh dan mencium tangan Anregurutta, kami berdua memiliki tanggung jawab meneruskan kepada kalian spirit dan semangat perjuangan Anregurutta untuk kalian lanjutkan dan lestarikan”urainya di hadapan ratusan peserta seminar yang terdiri dari santri dan Pembina Kampus 1.

Anregurutta Ambo Dalle lahir di Ujunge Kec. Tana Sitolo Kabupaten Wajo pada tahun 1900. Terlahir dari keluarga bangsawan, ayahnya bernama Puang Ngati Daeng Patobo dan Ibunya Puang Cendera Dewi. Ia memulai kiprahnya tahun 1930 sebagai santri sekaligus asisten Anregurutta H. M. As’ad, Pendiri Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang yang sekarang dikenal dengan nama Pesantren As’adiyah. Tahun 1938 Anregurutta memenuhi keinginan pemerintah dan Masyarakat Soppeng Riaja yang memintanya mendirikan dan memimpin angngajing (pesantren) di Mangkoso.  Hari Rabu, 21 Desember 1938 Anregurutta tiba di Mangkoso dan memulai pengajian di Mesjid Mangkoso, menandai berdirinya Pondok Pesantren DDI Mangkoso yang kala itu masih bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso.

Tahun 1950, Anregurutta Ambo Dalle hijrah ke Pare-Pare memenuhi tawaran Arung Mallusetasi yang memintanya menjadi Qadhi Mallusetasi yang berkedudukan di Pare-Pare, sekaligus memindahkan Pengurus Pusat DDI dari Mangkoso ke Pare-Pare. Kepemimpinannya di Pesantren DDI Mangkoso diserahkan kepada santri terdekatnya, AGH.M. Amberi Said, sejak 1 Oktober 1949. Selain menjabat Qadhi, Anregurutta merintis berdirinya Perguruan DDI di Pare-Pare yang sekarang dikenal dengan nama Pondok Pesantren DDI Ujung Lare Pare-Pare.

Pada 18 Juli 1955, dalam suatu perjalanan dari Pare-Pare ke Makassar untuk urusan organisasi, mobil yang dikendarainya dihadang sekelompok orang berseragam militer bersenjata lengkap, Pasukan DI/TII pimpinan Nurdin Pisof. Anregurutta diminta menghadiri suatu pertemuan dengan pemimpin tertinggi gerakan tersebut, Abdul Qahhar Mudzakkar di Wanua Waru, daerah pegunungan Kabupaten Maros. Sejak itu, Anregurutta berada dalam wilayah kekuasaan DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Meski dalam keterbatasan, Anregurutta tetap meneruskan akitivitasnya mengajar dan berdakwah, walau dengan lingkungan dan santri yang berbeda, sampai ia keluar dari hutan tahun 1963 dan kembali ke lingkungan DDI.

Tahun 1978 Anregurutta Ambo Dalle merintis dan mendirikan Pondok Pesantren DDI di Desa Kaballangang Kabupaten Pinrang. Di tempat tersebut, Anregurutta menetap dan membina ribuan santri, salah seorang diantaranya adalah H. Maqbul Arib yang menjadi pembicara seminar malam itu dan turut mendampingi Anregurutta saat dirawat di RS Akademis Makassar hingga tutup usia di rumah sakit tersebut.

Saat ini, Darud Da’wah Wal Irsyad dalam usianya 85 tahun telah membina 60 pondok pesantren, 700 madrasah, dan 21 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari Papua hingga Sumatra. Untuk memperingati Milad Akbar ke-85, salah satu kegiatannya adalah Semesta DDI berupa Temu Addariyah dan Reuni Nasional Alumni DDI dari seluruh Indonesia di Lapangan Karebosi Makassar tanggal 17 Desember 2023 yang akan datang.


Daerah LAINNYA