Bontomarannu (Humas Gowa). Hidup di dunia ini penuh lika liku, terkadang dirasa berliku yang tiada penghujung bagi orang yang mengalami kesulitan. Termasuk ketika seseorang sudah membina keluarga. Rumah tangga yang diimpikan selama ini ingin dirajut untuk bisa menua dan sesurga bersama, namun takdir terkadang tidak sesuai apa yang ada di dalam benak manusia.
Untuk bisa menerima takdir baik dan buruk kita sebagai seorang mukmin yaitu orang beriman kepada Allah SWT, Kitab- Kitab Nya, Malaikat – MalaikatNya, Nabi dan RasulNya, Hari Kiamat dan Qadha Dan Qadar tentu harus memahami apa makna iman dan takdir itu sendiri. Sehingga menjadi iman yang kokoh dan akan memancarkan ketaatan yang mutlak hanya kepada Allah SWT.
Demikian disampaikan Mahmud, salah satu penyuluh KUA Bontomarannu saat membawakan materi di Majelis Taklim Raudhatunnisa Desa Niranuang, Kecamatan Bontomarannu, Rabu (21/8/2024). Majelis Taklim ini adalah binaan tetap Hamzah Penyuluh KUA Bontomnarannu.
Setelah tahsinul Al Qur’an yang dibimbing oleh Hamzah dilanjutkan materi oleh Mahmud, yang menyampaikan terkait takdir dan bagaimana menyikapi setiap takdir yang menimpa kita sebagai manusia.
Menurutnya, karena tekanan kehidupan dan kesempitan hidup membuat seseorang putus asa, sehingga memicu stress, mengakibatkan mudahnya bertengkar yang berujung pada KDRT. Apakah kesempitan hidup yang kita alami itu ada suratan nasib bagi kita atau ada hal lain yang ternyata bagian dari kemalasan, kebodohan atau bagian dari pembangkangan kita kepada Allah.
"Karena Allah telah menundukkan apa yang ada di muka bumi untuk manusia. Kenapa kita tidak mendapatkan bagian dari itu dan terkadang menyalahkan takdir itu sendiri dan meratapinya dan sering berandai–andai," ungkapnya.
Dikatakan, memang perlu memahami Islam secara menyeluruh termasuk makna Takdir yang lebih dikenal dengan Qadha dan Qadar dalam khasanah tsaqafah Islam.
"Pemahaman yang salah terhadap makna ini maka akan berpengaruh dalam hidup kita. Sehingga butuh penjelasan yang utuh yang bersumber dari Al Qur’an dan As sunnah. Butuh mengkaji secara mendalam agar tidak salah kaprah, tentunya hanya bisa diperoleh oleh orang yang sudah mengkajinya secara mendalam dari seorang guru yang ilmunya bersanad, agar bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya," paparnya di hadapan para ibu MT.(iar/OH)