Bontotiro, (Humas Bulukumba) - MTsN 3 Bulukumba mengadakan kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi guru dan tenaga kependidikan di aula MTsN 3 Bulukumba, Selasa (11/6/2024). Penguatan Moderasi Beragama ini diikuti oleh Kepala Madrasah, Kepala TU, seluruh guru dan tenaga kependidikan, dan juga siswa MTsN 3 Bulukumba. Bertindak sebagai narasumber H.Misbah, H.Arifin dan Rasyidin H.Sommeng.
Sudarmin selaku Kepala MTsN 3 Bulukumba sangat mengapresiasi kegiatan pendekatan moderasi beragama ini. “Dengan pendekatan moderasi beragama ini diharapkan seluruh guru dan tenaga Kependidikan mampu memberikan representasi terbaik tentang moderasi beragama khususnya di lingkungan madrasah,” ungkapnya.
Sesi pertama, H. Arifin Nur memberikan presentasi mengenai “Anti Kekerasan". Maksud anti kekerasan atau tidak menyakiti dalam hal ini adalah tidak menyakiti dengan tindakan, tidak menyakiti dengan kata-kata. Intinya adalah tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan rasa sakit yang akhirnya menimbulkan kebencian dan konflik.
"Dalam konteks kehidupan beragama yang dimaksud anti kekerasan atau tidak menyakiti adalah tidak berpikir, berkata, dan berbuat tentang suatu hal yang dapat mengganggu kerukunan, kedamaian, dan kebebasan setiap orang dalam menjalankan aktifitas beragamanya. Misalnya, tidak malanggar hak setiap orang untuk beribadah sesuai keyakinannya, tidak melarang membangun tempat sucinya, tidak menghina kepercayaan lain dan tidak berpikir untuk berkata dan berbuat yang menyakiti orang lain," ungkapnya.
Setelah sesi pertama usai, peserta mendengarkan materi kedua tentang “Peran Kearifan Budaya Lokal Dalam Memperkuat Moderasi Beragama” oleh Rasyidin H. Sommeng. Rasyidin mengungkapkan bahwa kearifan lokal adalah kemampuan manusia untuk menggunakan akal sesuai dengan lingkungannya menjadi sebuah pedoman kehidupan sosial yang dinamis dan fleksibel di alam berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bentuk kearifan lokal ada dua, yang pertama yaitu berwujud nyata; tata cara aturan yang dituangkan dalam bentuk catatan tertulis, yang kedua tidak berwujud nyata; petuah yang disampaikan secara verbal dan seni suara berupa nyanyian, pantun, dan cerita yang sarat dengan nilai-nilai tradisional (Pasang Ri Kajang).
"Kearifan lokal mempunyai nilai-nilai luhur yang menjadi pemersatu masyarakat dan menjadi perekat keberagaman di Indonesia. Kearifan lokal juga membangun moderasi beragama di Indonesia,” jelasnya
Acara selanjutnya di tutup dengan materi ketiga tentang "Toleransi dan Keberagaman" yang dibawakan oleh Kepala Kankemenag Kota Bulukumba, H.Misbah. Beliau menyampaikan bahwa untuk menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia salah satunya dengan penguatan moderasi beragama.
“Bagaimana kita merubah cara pandang kita dan tingkah laku kita dalam beragama dengan mengedepankan toleransi serta saling menghargai dan menghormati sesama umat beragama,” ujarnya.
Lebih lanjut H. Misbah menjelaskan bahwa moderasi umat beragama, bukan berarti mencampuradukkan ajaran umat beragama, namun lebih kepada sikap saling memahami, saling menyayangi saling menghargai dan menghormati sesuai dengan ajaran masing-masing. Dengan demikian akan membawa kebaikan, kasih sayang kepada sesama makhluk dan juga dapat menjaga keutuhan NKRI.
“Salah satu strategi untuk merawat kebhinekaan yang multikultural, multi etnis dan multi agama yang melalui moderasi beragama,” terangnya.
Menurut H.Misbah, semua agama pasti mengajarkan sikap moderat. Dimana sikap moderat itu ada ditengah tengah, tidak ke kiri maupun ke kanan. “Jadi moderat itu berada di tengah tengah, artinya tidak boleh kekurangan pemahaman agama ataupun kelebihan. Kekurangan bisa menjadi sekuler kelebihan bisa menjadi fanatik ekstrim dan keduanya berbahaya,” pungkasnya".
Dengan adanya kegiatan Workshop Penguatan Moderasi Beragama ini maka diharapkan seluruh guru tenaga kependidikan dan juga siswa bisa menguatkan moderasi beragama serta sebagai agen moderasi beragama di lingkungan Madrasah agar bisa mewujudkan keutuhan NKRI. (Amy)