PC. PGRI KEMENAG LUWU SIAP JADI JUARA

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Selatan)

Padang Sappa (Humas Luwu),  Pengurus Cabang Persatuan Guru Republik Indonesia (PC.PGRI) Kemenag Luwu yang terbentuk dan dinyatakan berdiri  sejajar dengan Pengurus Cabang lainnya di Kabupaten Luwu pada awal tahun 2013 ikut ambil bagian pada perhelatan Porseni antar PC. PGRI se Kabupaten Luwu yang dilaksanakan di Padang Sappa Kecamatan Ponrang yang pembukaannya dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24 Oktober 2017. Pelaksanaan Porseni ini sebagai langkah awal untuk menyeleksi jawara-jawara pada cabang olahraga dan seni masing-masing untuk dipertandingkan pada Porseni tingkat Provinsi pada pertengahan bulan November 2017 di Kabupaten Luwu Timur.

PGRI Kemenag Luwu ikut memeriahkan kegiatan tersebut dengan mengikuti beberapa cabang olah raga dan seni seperti : Bulu tangkis, Tenis Meja, Sepak Takraw, Mix Volly Ball, Catur, untuk bidang seni : MTQ, Cerita Dongeng, Tari Tunggal, Senam PGRI, Nyanyi Solo dan Mars PGRI. Kontingen PC. PGRI Kemenag Luwu hadir pada devile pembukaan dengan jumlah peserta sekitar 850 orang, dan tergolong peserta devile terbanyak dari 22 PC. PGRI Kecamatan, dengan semangat siap menjadi juara.

PGRI lahir pada tanggal 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kesadaran. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan.  Mereka adalah-guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan  Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia , Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. (aLiL/arf)


Daerah LAINNYA