Macanang, (Humas Bone) - MIN 7 Bone menunjukkan semangat luar biasa dalam mengikuti Lomba Kreativitas Pramuka Penggalang Merdeka (LKP2M) Jilid 2 Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh MTsN 1 Bone. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 15 hingga 17 November 2024, bertempat di lapangan MTsN 1 Bone. Ajang tersebut diikuti oleh berbagai sekolah dan madrasah tingkat dasar se-Kabupaten Bone, yang berkompetisi dalam beragam lomba penuh kreativitas dan kebudayaan, Jumat (15/11/2024).
Sebagai salah satu peserta, MIN 7 Bone berpartisipasi dalam kategori Lomba Tradisional 1 dan Lomba Tradisional 2, yang memadukan keseruan dengan kearifan lokal. Pada Lomba Tradisional 1, siswa-siswi ditantang untuk memasukkan benang ke dalam jarum sebagai bentuk ketelitian, melanjutkan dengan balap ban yang menguji kelincahan, serta mengakhiri perlombaan dengan membawa karapan sapi, yang menjadi simbol budaya khas Indonesia. Sementara itu, pada Lomba Tradisional 2, peserta menghadapi serangkaian aktivitas seperti lari kelereng, bermain enggrang yang menguji keseimbangan, dan ditutup dengan lari tarompa, sebuah permainan tradisional yang membutuhkan kekompakan tim.
Kepala MIN 7 Bone, Husaing menyampaikan rasa bangga atas keikutsertaan siswa-siswinya dalam acara ini. “Kegiatan ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga tentang memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Kami berharap siswa dapat belajar bekerja sama, bersikap sportif, dan bangga terhadap tradisi bangsa,” ujarnya.
Di sisi lain, Muhammad Yunus selaku guru pendamping menjelaskan bahwa LKP2M bertujuan untuk mengembangkan kreativitas pramuka penggalang sekaligus melestarikan permainan tradisional yang mulai tergerus oleh zaman. Harapannya, generasi muda tetap mengenal dan mencintai budaya lokal, sekaligus mengasah kemampuan mereka di bidang lain seperti kepemimpinan dan kerja sama.
Dengan kesuksesan penyelenggaraan tahun ini, diharapkan LKP2M dapat terus menjadi wadah untuk memperkenalkan budaya lokal dan meningkatkan semangat kompetisi sehat di kalangan siswa. Ajang ini sekaligus menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya melibatkan aspek akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan cinta terhadap tradisi. (Fitri/Ahdi)