Bontomarannu (Humas Gowa). Berdasarkan Kalender Pendidikan internal pada Pondok Pesantren Tahfizul Qur'an An Nail Gowa Tahun Pelajaran 2024-2025, ditetapkan bahwa hari pertama masuk pesantren (mondok) adalah, Selasa (9/7/2024).
Sebanyak 80 santri baru untuk tingkat Wustha dan Ulya yang dijadwalkan masuk. Melalui pantauan Tim Humas PPTQ An Nail terlihat sejak pukul 08.30 WITA pagi, para santri bersama dengan orang tua dan keluarganya sudah mulai berdatangan dan memadati area depan pondok.
Semangat dan keceriaan nampak terlihat jelas dari raut wajah para santri baru yang turun dari kendaraan mereka dan mulai melangkah masuk ke pondok didampingi oleh orang tua dan keluarga yang mengantar. Mereka kemudian melakukan registrasi, satu persatu barang bawaan diperiksa dan selanjutnya mereka diarahkan masuk ke asrama.
Namun, ada momen haru dan banjir air mata orang tua saat panitia mengumumkan batas waktu pengantaran telah habis dan kepada seluruh orang tua dan pengantar dipersilahkan untuk meninggalkan pondok. Tangis perpisahan itupun pecah dan membuncah saat para orang tua memeluk ananda mereka sebagai ungkapan selamat tinggal dan perpisahan mereka.
Ustadz Haris Abdul Wahid salah seorang muhaffiz yang bertugas mengatur dan merapikan pakaian dan barang bawaan para santri, memberikan penilaiannya melihat banyaknya orang tua santri yang bersedih dan menangis saat meninggalkan putra-putra mereka di pondok.
"Rasa berat hati orang tua berpisah dengan putra mereka adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Apalagi karena kebanyakan dari mereka mungkin baru berpisah dengan putra tercinta mereka dan mungkin juga kekhawatiran-kekhawatiran mereka melihat anaknya belum terbiasa berada di lingkungan asing dan jauh dari keluarganya," terangnya.
Sementara itu, Kabag Kesantrian ustadz Baharuddin Slamet ketika ditemui di ruang kerjanya mengungkapkan bahwa tugas pembina pada awal-awal keberadaan santri baru di pondok tentu sangat berat dan banyak tantangan dan tentu dibutuhkan kesabaran dalam hal itu.
Menurutnya, di awal ini tentu tugas pembina cukup berat. Berkaca pada pengalaman -pengalaman yang telah lalu, jelas bahwa pasti ada saja santri yang menangis berhari-hari, ada santri yang mau pulang, ada yang takut sendiri, ada yang cari celah dan berusaha kabur, ada yang sok jagoan dan lain sebagainya.
"Karena itu, tentu kita harus bersabar dan berupaya mencari strategi dan metode bagaimana mereka bisa betah dan kerasan di pondok," ungkap Baharuddin.
Untuk mendukung santri bagaimana bisa betah dan kerasan maka kebijakan pondok menetapkan bahwa selama 2 bulan awal di pondok orang tua tidak boleh menjenguk. Aturan tersebut sangat diharapkan agar dapat diindahkan oleh seluruh orangtua santri.(NS/OH)