Bontotangnga (Humas Bulukumba) - Kurikulum Merdeka Belajar memberikan nuansa baru pada proses pembelajaran di Kelas VII MTsN 4 Bulukumba. Ini terkait dengan adanya dua tema dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamiin (P5PPRA).
Pada semester ganjil ini, dua tema yang diangkat sebagai bahan proyek P5 adalah Kearifan lokal dan Hidup berkelanjutan. Dalam tema Kearifan lokal, terdapat empat sub tema yang telah dilaksanakan, yaitu Tarian lokal, permainan lokal, anyaman, dan Makanan tradisional.
Pekan ke-9 ini, sub tema yang dipilih adalah makanan tradisional, dan setiap kelas memilih dua jenis makanan tradisional. Para pengampu mata pelajaran proyek ini telah berkoordinasi tentang teknis pelaksanaan proyek pada Sabtu (16/9/2023).
Hari ini, kelima rombongan belajar untuk kelas VII berfokus pada pembuatan pilihan mereka masing-masing. Sebagai contoh, Kelas VII A membuat bubur kacang ijo dan bubur ketan hitam, Kelas VII B membuat kue lapis singkong dan buroncong, Kelas VII C membuat "Kopi' Langi'" dan pisang goreng toping. Kelas VII D membuat lebo-lebo dan Pisang goreng, sedangkan kelas VII E membuat ka'do' bo'dong dan onde-onde.
Berbagai macam penganan tersebut dibuat dan disajikan di dalam kelas masing-masing, kemudian dipamerkan di depan kantor madrasah. Setelah penilaian oleh fasilitator, penganan-penganan tersebut kemudian dicicipi bersama-sama.
Kepala MTsN 4 Bulukumba, H. Samsu Alam, sangat mengapresiasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan dasar kurikulum Merdeka. "Alhamdulillah, terima kasih kepada fasilitator proyek P5 atas usaha mereka sehingga anak-anak kita yang awalnya tidak tahu menjadi lebih berpengetahuan, dan dari yang tidak pernah melihat menjadi mengenal apa yang diajarkan," ucapnya saat mencicipi hasil proyek tersebut.
"Yang terpenting di sini adalah bagaimana kita dapat melestarikan Kearifan lokal, terutama mengenalkan anak-anak cara membuat makanan sederhana namun nikmat," tambahnya.
Salah satu siswa juga memberikan komentar selama proses pembuatan kue tradisional di kelasnya. "Ibu, biasanya saya hanya makan yang seperti ini (lebo-lebo), tetapi saya tidak pernah ikut membuatnya, jadi saya tidak tahu bahan-bahannya. Sekarang, saya tahu bagaimana membuatnya, Bu," ucap Nailah dengan polosnya dengan dialek daerah yang khas.
Pernyataan siswa ini menunjukkan bahwa ada ilmu yang dia peroleh dari Proyek P5PPRA dan bukan hanya dari lingkungannya.
Kasman, Ketua Panitia P5PPRA, menjelaskan bahwa beragam penganan tradisional yang beraneka ragam ini merupakan proyek pekan ke-9. Ia juga menyebutkan bahwa pada pekan depan, proyek akan beralih ke tema Hidup Berkelanjutan dengan sub tema Pengelolaan Sampah dan Kewirausahaan yang akan ditentukan lebih lanjut. (ASM/Ady)