Parigi (Humas Gowa). Manusia diharapkan untuk selalu menjaga dirinya dari hal-hal yang buruk dan tercela. Tentunya manusia dibekali oleh Allah SWT kesempurnaan fisik, jasmani maupun rohani. Untuk mencapai kebahagiaan hidup dan keselamatan akhirat, maka manusia harus mempergunakan alat indera tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Baharuddin, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Parigi memberikan Pencerahan Qalbu Jumat Ibadah (PQJI) tingkat Kecamatan di SMPN 1 Parigi, Jumat (15/11/2024).
Mengawali tausiahnya ia mengutip Hadist Rasulullah SAW. “Ketahuilah kamu di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahwa ia adalah hati".
"Jika hati menginginkan ketenangan, maka ada 3 rumusnya yaitu perjumpaan dengan Allah, terima ketentuan dari Allah, serta merasa cukup dengan pemberian dari Allah," ungkap Baharuddin.
Lanjutnya sambil berpantun di hadapan para, "Memaafkan adalah tanda kebesaran hati, menyimpan benci akan merusak hati,
Lahir batin saling mengikhlaskan hati,
Jangan ada dusta di antara kita lagi".
Hati haruslah bersih dan jauh dari pikiran kotor agar dalam berperilaku senantiasa dalam koridor yang ditetapkan agama. "Jagalah hati jangan kau kotori, jagalah hati lentera hidup ini," kata Penyuluh Agama Islam tersebut.
Lebih lanjut, Baharuddin menjelaskan tentang pentingnya menjaga hati. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, jika seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah ia memperbaiki dahulu hatinya.
Karena hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian, maka hati ini juga dibagi dalam tiga kriteria yakni hati yang mati, hati yang sakit dan hati yang sehat.
Baharuddin juga menjelaskan tentang jenis-jenis hati yang ada pada diri manusia.
Pertama, qalbun mayyitatu yaitu hati yang mati. Refleksi dari hati yang mati adalah sifat sombong dan meremehkan kebenaran. Inilah perilaku yang tercermin pada orang kafir. Ketertutupan dan kekerasan hatinya tidak akan bisa menerima cahaya kebenaran Islam.
"Jenis hati yang kedua adalah qalbun maridl. Inilah hati yang sakit, merasa sedang mencari jalan selamat, tapi sebenarnya celaka. Misalnya, ibadah diwarnai bid'ah atau me-nyelewengkan ayat-ayat Alquran menjadi mantra untuk pemenuhan hawa nafsu belaka. Sifat munafik termasuk hati yang sakit ini, " papar Baharuddin.
Ketiga, qalbun salim atau hati yang selamat. Ia selalu condong pada kebenaran dengan hanya mengikuti ajaran Islam berdasarkan Alquran dan hadis. Firman Allah SWT, yang artinya: ''Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata: 'Kami mendengar dan kami taat'. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.'' (QS An-Nur : 51).
Menutup tausiahnya ia mengajak seluruh siswa untuk introspeksi diri, “dimanakah posisi hati kita? Bertekadlah 'pindah ke lain hati' atau 'hijrah hati' dari qalbun mayyit dan qalbun maridl ke qalbun salim untuk mendapat keridoan Allah SWT.(Sol/Qq)