Tradisi Pernikahan di Gowa

Akkio Bunting, Nasehat Pernikahan Dibalut Syair di Bontomarannu

Hj. Mo'minati saat bersyair di salah satu acara pernikahan

Bontomarannu (Humas Gowa). Ada yang menarik dalam budaya makassar ketika menyambut kedatangan pengantin ke rumah pasangannya. Baik itu pengantin laki - laki atau pun pengantin perempuan.

Pengantin perempuan, sebut saja Hafsah, tidak akan masuk ke rumah mempelai laki - laki sebelum ada mertua atau keluarga terdekat yang menyambutnya dan memanggilnya untuk masuk dengan melakukan Akkio Bunting.

Bahkan hal ini dijadikan sebagai aji mumpung bagi mempelai perempuan untuk memdapatkan sesuatu berupa harta. Sehingga ia akan enggan untuk turun dari kendaraannya sebelum ada janji satu barang yang akan diberikan.

Akkio Bunting adalah syair Makassar, menggunakan bahasa sastra Makassar dengan gaya bahasa Lontara' kuno.

"Naummaki mae daeng bunting, kusareki pokok kaluku siagang pa ambina," ujar Hj. Mo'minati mencontohkan Akkio Bunting yang singkat. Artinya : "Turunlah/masuklah ke rumah wahai pengantin, akan kuberikan kepadamu satu pohon kelapa beserta tukang panjatnya".

Hj. Mo'minati salah satu penyuluh KUA Kecamatan Bontomarannu kerap dipanggil untuk menjadi Pakkio oleh masyarakat tertentu. Contohnya pagi ini, Senin (19/09/2022) di Gedung H. Bate, Gowa.

Dalam proses Akkio itu, H. Mo'minati melakukan syair yang berupa doa dan harapan :

"Labbu bannang ri jawa, Labbuang umuru'nu.
Tinggi Bawakaraeng, matinggiang patoanu.
Luara tamparang, luarangngang nawanawanu".

Artinya : "Panjang benang di Jawa, lebih panjang umurmu, tingginya gunung Bawakaraeng lebih tinggi martabatmu. Luas lautan lebih luas wawasanmu"

Sementara itu, H. Mustakim, penyuluh PNS pada KUA Bontomarannu menambahkan, bahwa sesungguhnya Akkio Bunting berisi nasehat pernikahan, harapan dan doa bagi pengantin dalam mengarungi kehidupan.

Di tempat yang sama, Jabbar Tahuddin selaku penyuluh dan tokoh masyarakat menjelaskan seluk beluk budaya Makassar. Ia menuturkan bahwa Akkio Bunting dalam bentuk yang biasa maupun dalam bentuk syair tergantung dari wawasan dan penguasaan bahasa Pakkio Bunting (Penyair). Bahkan menurutnya, bagi seorang bangsawan pada zaman dahulu memiliki orang khusus untuk melakukan ini.

"Untuk saat ini sudah tidak dijadikan patokan lagi. Sisa uang yang berbicara. Bukan lagi pantas tidak pantasnya untuk memakai adat itu," pungkas Jabbar. (iar/OH)


Daerah LAINNYA